A global ranking, revealing the countries that are most at risk of terrorist attacks, has rated Indonesia outside the extreme risk category despite last year’s twin bomb attacks targeting international-chain hotels.
The latest Terrorism Risk Index (TRI) developed by London-based Maplecroft, for companies to assess terrorism risks to their international assets, saw Southeast Asian neighbor Thailand join the rank of most dangerous countries for the first time. Thailand ranked 11th last year.
Iraq (1), Afghanistan (2), Pakistan (3) and Somalia (4) top the ranking of 162 countries and are rated, along with Lebanon (5), India (6), Algeria (7), Colombia (8) and Thailand (9), as the only extreme risk nations.
The index measures the risk of an attack and mass casualties.
To provide a comprehensive picture of worldwide terrorism risk, Maplecroft analyses the frequency and intensity of and the number of victims involved in terrorist incidents every six months, plus the proportion of 'mass-casualty' attacks in each nation.
A country's history of terrorism also factored in along with threats made against it by groups such as al-Qaeda.
Following the Jakarta twin hotel bomb blasts in July last year, Indonesian counterterror squad conducted a thorough crackdown on terror suspects, killing long-time top fugitive Noordin M. Top and his close accomplices in the process.
The court is trying two suspects in the terror attacks.
source : http://www.thejakartapost.com/news/2010/02/16/indonesia-out-extreme-terror-risk-list.html
Selasa, 16 Februari 2010
26 Juta Hektare Hutan Kritis
JAKARTA--MI: Sebanyak 26 juta hektare atau 21 persen dari total hutan di Indonesia sudah habis dan sangat rusak.
Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mengatakan jumlah hutan di Nusantara hanya 70 persen dari kawasan lahan di Indonesia yang mencapai 180 juta hektar. Dari seluruh wilayah hutan itu, 23 persen atau 43 juta hektar di antaranya masih berbentuk hutan primer yang masih bagus kondisinya.
Adapun, 25 persen lainnya atau 48 juta hektar dalam kondisi separuh bagus separuh rusak karena bekas area HPH (hak penguasaan hutan). Sementara sekitar 21 persen lainnya sudah dijarah dan rusak tidak ada hutannya lagi."Nah, kawasan hutan ini yang sudah tidak ada hutannya lagi atau hutan kritis," ujarnya saat ditemui di Kantor Menko Perekonomian, Selasa (16/2).
Sementara, hutan primer yang ada sudah tidak bisa dipergunakan untuk tujuan lain. Pasalnya, hutan pimer tersebut juga termasuk didalamnya adalah konservasi dan hutan lindung. "Konservasi itu penting buat monyet, harimau dan hewan langka . Hutan lindung juga penting untuk kawasan serapan air," imbuh dia.
Terkait dengan tata ruang, Menteri Kehutanan mengusulkan agar hanya hutan yang sudah rusak atau tidak ada pohon sama sekali lah yang dijadikan lahan perkebunan dan pertanian. Namun, untuk menjadikan suatu lahan menjadi lahan perkebunan juga harus disertai dengan analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) (RR/OL-7)
Penulis : Ririn Radiawati Kusumua
http://www.mediaindonesia.com/read/2010/02/16/123701/23/2/26-Juta-Hektare-Hutan-Kritis
Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mengatakan jumlah hutan di Nusantara hanya 70 persen dari kawasan lahan di Indonesia yang mencapai 180 juta hektar. Dari seluruh wilayah hutan itu, 23 persen atau 43 juta hektar di antaranya masih berbentuk hutan primer yang masih bagus kondisinya.
Adapun, 25 persen lainnya atau 48 juta hektar dalam kondisi separuh bagus separuh rusak karena bekas area HPH (hak penguasaan hutan). Sementara sekitar 21 persen lainnya sudah dijarah dan rusak tidak ada hutannya lagi."Nah, kawasan hutan ini yang sudah tidak ada hutannya lagi atau hutan kritis," ujarnya saat ditemui di Kantor Menko Perekonomian, Selasa (16/2).
Sementara, hutan primer yang ada sudah tidak bisa dipergunakan untuk tujuan lain. Pasalnya, hutan pimer tersebut juga termasuk didalamnya adalah konservasi dan hutan lindung. "Konservasi itu penting buat monyet, harimau dan hewan langka . Hutan lindung juga penting untuk kawasan serapan air," imbuh dia.
Terkait dengan tata ruang, Menteri Kehutanan mengusulkan agar hanya hutan yang sudah rusak atau tidak ada pohon sama sekali lah yang dijadikan lahan perkebunan dan pertanian. Namun, untuk menjadikan suatu lahan menjadi lahan perkebunan juga harus disertai dengan analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) (RR/OL-7)
Penulis : Ririn Radiawati Kusumua
http://www.mediaindonesia.com/read/2010/02/16/123701/23/2/26-Juta-Hektare-Hutan-Kritis
Langganan:
Postingan (Atom)